[Album Review] Invicible, Harta Tersembunyi dari Michael Jackson yang Tidak Pernah Berjaya

 

Michael Jackson Invicible Album Cover


Mendengar nama Michael Jackson, orang biasanya akan langsung teringat kepada beberapa lagu legendarisnya seperti ‘Heal The World’, ‘Thriller’, ‘Beat It’, atau ‘Smooth Criminal’.  Sebagian besar lagu-lagunya yang populer di kalangan publik mainstream berasal dari rilisannya antara tahun 80-90’an. 

Dari sekian banyaknya lagu dan album yang sudah dirilis oleh sang raja pop ini, saya menyadari bahwa tidak banyak orang yang mengetahui lagu-lagunya dari albumnya yang berjudul ‘Invicible’.  Album ini adalah satu-satunya album Michael Jackson yang dirilis setelah tahun milenium serta album studio yang menjadi rilisan terakhirnya sebelum beliau meninggal dunia pada tahun 2009 silam.

Dilansir dari Fox News, Michael sempat memiliki konflik dengan label rekamannya saat itu, yaitu Sony Music.  Berkat adanya pendapat yang berbeda mengenai katalog dan pembagian persentase royalti, album ‘Invicible’ ini tidak mendapatkan promosi penuh dari label Sony dan Michael sendiri tidak memiliki banyak kesempatan untuk membawakan lagu-lagu dalam album ini di atas panggung.

 

Review album ‘Invicible’ Michael Jackson

Album berjudul ‘Invicible’ ini dirilis tahun 2001.  Dengan genre contemporary R&B dan dance-pop, Michael pada saat itu memasukkan banyak unsur musik elektrik yang terdengar sangat maju di akhir tahun 90-an.  Album ini terdiri atas 16 lagu dan memiliki total durasi 1 jam 17 menit.





‘Unbreakable’ adalah lagu pembuka yang memberikan kesan kuat dan membuat pendengar bisa mencicipi mood keseluruhan dari album ini.  Paduan unsur musik dan liriknya menegaskan kesan angkuh yang menunjukkan resolusi seseorang untuk menjadi kuat dan tegar setelah dihancurkan oleh orang lain.  Masuknya rapp yang dilantunkan oleh Notorius B.I.G di pertengahan lagu menjadi highlight apik yang membuat melodi dasar lagu ini tidak terkesan monoton karena dimainkan dengan lihai oleh ritme dari rapper kenamaan Amerika tersebut.

 


‘Heartbreaker’ yang menjadi lagu kedua di album ini terasa seperti perpanjangan dari lagu ‘Unbreakable’, namun ada lebih banyak unsur elektronik dalam lagu ini.  Sama dengan format lagu sebelumnya, ‘Heartbreaker’ cuma memasukkan kolaborasi rapp di bagian tengah lagu.  Kali ini, Michael menggaet rapper Fats untuk lagu ‘Heartbreaker’ dan ‘Incivible’.

 

Track lagu ketiga adalah lagu yang berjudul sama dengan album ini, yaitu ‘Invicible’.  Masih dengan mood yang sama dengan dua lagu sebelumnya, ‘Invicible’ menceritakan tentang seorang wanita yang tidak bisa menerima dan membalas rasa cinta seseorang.  Maka dari itu, wanita tersebut disebut invicible atau tembus pandang karena tidak bisa merasakan apa-apa.  Lagu ini mungkin bisa terdengar agak repetitif dan baru terasa unik ketika memasuki bagian bridge dan rapp yang dibawakan kembali oleh rapper Fats.

 


‘Break of Dawn’ adalah lagu romantis yang menurut saya seharusnya bisa sepopuler ‘Human Nature’.  Dengan tempo slow dan arrangement R&B lembut yang memasukkan unsur-unsur alam seperti kicauan burung dan suara hembusan angin, ‘Break of Dawn’ adalah sebuah surat cinta manis yang cocok didengarkan untuk membuat perasaan menjadi rileks.

 


Masih dengan tema lagu cinta, ‘Heaven Can Wait’ adalah lagu dengan tempo yang lebih lambat dibandingkan ‘Break of Dawn’ dan menunjukkan rasa bucin seseorang yang begitu mendalam kepada sang kekasih.  Hampir sebagian besar lagu ini dinyanyikan secara falsetto oleh Michael Jackson, sehingga lagu ini terdengar unik karena tidak mengandung banyak ad-lib seperti lagu-lagunya yang lain.

 


‘You Rock My World’ adalah lagu utama yang menjadi satu-satunya lagu di album ini yang memiliki video musik.  Diawali dengan dialog singkat dengan aktor Chris Tucker, lagu ini sempat digadang-gadang sebagai ‘Smooth Criminal’ versi romantis karena musik videonya menampilkan Michael Jackson dengan dandanan yang menyerupai penampilannya di musik video ‘Smooth Criminal’.

Dengan genre uptempo post-disco R&B, tidak heran lagu ini menjadi satu-satunya lagu yang popularitasnya paling tinggi dibandingkan lagu-lagu lain di album ‘Invicible’.  Alunan bass yang sederhana dan nada dasar di chord E minor namun dengan lirik dan melodi lagu yang ceria membuat siapa pun yang mendengarkan ‘You Rock My World’ tidak bisa menahan diri untuk menggerakkan tubuh.

 


‘Butterflies’ adalah lagu mid-tempo ballad yang terdengar jauh lebih lambat dan lebih santai dibandingkan ‘Heaven Can Wait’.  Dari keseluruhan album, ‘Butterflies’ adalah lagu yang bisa mengingatkan kembali para pendengar bahwa Michael Jackson juga pandai dalam membuat lagu-lagu cinta yang mendayu-dayu namun masih enak apabila didengarkan berulang kali.

 


Masih melanjutkan thread lagu ballad di album ini, ‘Speechless’ diawali dan diakhiri dengan nyanyian acapella oleh Michael Jackson.  Lagu indah ini awalnya direncanakan masuk dalam daftar lagu yang akan ditampilkan secara langsung di konser ‘This Is It’ tahun 2009, tapi hal tersebut batal karena satu dan lain hal.

 


‘2000 Watts’ adalah lagu yang meninggalkan kesan paling dalam bagi saya di album ini.  Jika tidak didengarkan secara seksama, orang awam pasti akan merasa bahwa lagu ini bukan dinyanyikan oleh Michael Jackson.  Ya, lagu ini berkesan karena dinyanyikan oleh Michael Jackson dengan register suara rendahnya.  Berkat range vokal yang berbeda dibandingkan seluruh lagunya selama ini, ‘2000 Watts’ disebut sebagai salah satu lagu Michael Jackson yang paling eksperimental.

 


‘You Are My Life’ adalah lagu ballad yang lebih mudah masuk di telinga khalayak umum karena struktur lagunya yang lebih modern dan tidak terlalu repetitif seperti lagu ballad lain di album ini.

 


Terlihat jelas dari judulnya, ‘Privacy’ adalah lagu sindiran kepada awak media yang selalu mengikuti gerak-gerik Michael Jackson sehingga ia tidak memiliki privasi.  Setipe dengan ‘2000 Watts’, lagu ini menampilkan vokal Michael dalam register rendah sehingga jika sekilas didengarkan rasanya seperti bukan lagu milik sang King of Pop.  Dengan beat yang memiliki sampel suara dari bunyi shutter kamera, lagu ini adalah lagu lain dari Michael Jackson yang terasa sangat eksperimental.

Saya mau tidak mau ikut setuju dengan pendapat kritikus musik terhadap lagu ke-12 sampai 14 di album ini.  ‘Don’t Walk Away’, ‘Cry’, dan ‘The Lost Children’ tidak terlalu berkesan karena genre yang sama-sama ballad dan memiliki struktur yang kurang lebih mirip dengan satu sama lain.

 


Namun lagu berjudul ‘Whatever Happens’ perlu diberikan perhatian lebih.  Lagu dengan tempo latin dan lirik yang sensual ini memiliki vibe yang sama dengan lagu ‘In The Closet’ dari album ‘Dangerous’ dan sangat cocok dijadikan lagu dansa yang lambat namun bergairah.

 


Sebagai lagu terakhir, ‘Threatened’ kembali mempertegas keberanian Michael dalam memasukan unsur elektronik pop dalam lagunya.  Sebagai lagu penutup, lagu pop-dance ini cukup untuk mengingatkan bahwa jangkauan genre yang dijelajahi oleh mendiang pria bermarga Jackson ini sangat luas dan beragam.

 

Secara keseluruhan, komposisi antara lagu ballad dan contemporary R&B di album ‘Invicible’ kurang seimbang.  Di paruh akhir, banyak lagu bertempo lambat dari Michael yang terdengar hampir mirip dan akhirnya menimbulkan rasa bosan.  Walaupun begitu, lagu-lagu R&B-nya cukup ‘nendang’ dan meninggalkan kesan yang bertahan lama karena memiliki ciri khas masing-masing.  Sayang, masih banyak yang belum pernah mendengar lagu-lagu dari album yang kurang promosi ini.

 Akhir kata, menurut saya pribadi, ada begitu banyak lagu-lagu hidden gem di album ini yang pasti ketenarannya bisa setara dengan lagu-lagu hits Michael yang lain andaikata ada promosi yang bagus.  Selain itu, setelah lagu '2000 Watts' jujur saja album ini terdengar semakin monoton dan membosankan karena porsi lagu ballad-nya yang terlalu banyak.  But hey, tidak ada salahnya mencoba mendengarkan lagu ini dari awal sampai akhir untuk sekali lagi kagum terhadap lagu-lagu Michael yang sudah jauh melampaui zaman.


Komentar

Popular Posts