Untuk Para Pejuang Skripsi....

 


Hai.  “Bagaimana kabar skripsimu?”  “Sudah sampai mana?” “Kapan sidang?”  Aku tahu kamu lelah mendengar pertanyaan-pertanyaan tersebut.  Maka, izinkan aku bertanya: “Bagaimana kabarmu?  Apakah kamu baik-baik saja?”  Semoga pertanyaan ini tidak terkesan monoton dan memojokkan seperti pertanyaan-pertanyaan lain yang sering kamu dengar di tahun terakhir berkuliah ini.

Aku juga sedang mengerjakan skripsi, kok.  Mungkin orang lain melihat kita dengan tatapan kagum karena tahu kita sedang mengerjakan suatu proyek penelitian.  Ah, andai orang tahu beban yang dibawa oleh tugas akhir ini.

Kita memang sudah ada di masa-masa penghabisan kuliah.  Jumlah SKSmu sudah sedikit, bukan?  Waktumu untuk belajar tidak sepadat dulu, kan?  Mungkin kesibukan itu telah tergantikan oleh hal-hal lain: mungkin kalian bekerja, membuka usaha, mengurus rumah, dan mengerjakan urusan-urusan lain di luar perkuliahan.  Ya, mungkin kita sudah setengah, atau bahkan sudah terjun ke dunia luar.  Menghadapi kenyataan hidup sebagai orang dewasa, menjadi bagian dari masyarakat.  Berusaha untuk terus bertahan hidup, bukan hidup untuk berusaha.

Apakah kamu seperti aku?  Ada kalanya aku mencari-cari alasan untuk tidak menyentuh berkas skripsiku.  Aku tidak tahu mengapa.  Apakah aku hanya malas?  Apakah aku sebenarnya takut?  Atau apakah aku benci?  Lantas mengapa aku terus mengulur-ulur waktu ketika aku tahu hal ini harus segera diselesaikan?

Ya, bukankah gunung penghalang terakhir ini rasanya memiliki ikatan benci-dan-cinta dengan kita?  Ada saatnya aku mual hanya dengan memikirkannya saja.  Aku tidak ingin mengerjakannya.  Melelahkan dan berat rasanya.  Tapi di satu sisi, itu adalah kewajibanku.  Dan aku mau tidak mau harus melewati tahap ini untuk bisa lulus.

Aku lelah, aku tidak ingin menggubrisnya!  Ah, tapi apa daya.  Sungguh, aku tidak sepintar, serajin, dan sesemangat temanku.  Apalah daya aku.

Di lain hari, walaupun jarang, aku pada akhirnya memberanikan diri untuk menghadapinya.  Menemui berkas yang tidak selesai tersebut, dan setidaknya menambahkan sedikit goresan tanganku.  Bukankah sedikit kemajuan masih tetap adalah sebuah kemajuan?

Waktu terus mengejarku, dan aku benar-benar tidak yakin apakah aku bisa selesai tepat waktu.  Ya, persetan dengan tips-tips dari internet soal mengerjakan skripsi dan manajemen waktu!  Tidak semuanya  bisa berlaku padaku.  Kenyataan tidak selalu jadi seperti apa yang kurencanakan.

Bisa, aku pasti bisa.  Tidak ada yang memberitahuku hal tersebut, tapi masih ada satu suara kecil di hatiku, pun hanya terdengar kecil, namun ia ada di situ.  Ia mengetuk pintu hatiku ketika aku terdiam tanpa motivasi dan semangat.  Kamu pasti bisa.

Izinkan dirimu untuk beristirahat, tapi kamu harus segera kembali dalam perlombaan dengan waktu ini.  Bukankah beruang akan berhenti berhibernasi ketika musim semi sudah datang?  Bukankah setiap bunga akan mekar ketika sudah waktunya untuk mekar?  Lantas sampai kapan aku bermalasan dan membiarkan tubuhku tergeletak sedangkan pikiranku diperbudak oleh kecanggihan teknologi dalam genggaman?

Mari, kerjakan.  Sedikit saja, tidak apa.  Ya, skripsi ini memang beban.  Tapi setidaknya, aku telah menghilangkan secuil dari beban itu walaupun sedikit.  Maju saja, tidak peduli seberapa banyak langkah yang akan kamu kerjakan hari ini.  Betul, sedikit kemajuan masih tetap suatu kemajuan.  Dan kamu pantas mendapatkan tepukan di kepala dan segala kehangatan di dunia karena berhasil melawan sang musuh terbesar, dirimu sendiri.

Bisa, kamu bisa.  Kamu boleh membuat rencana apa pun.  Yang kasar atau yang detil, yang luas ataupun sempit.  Siapa yang tahu?  Mungkin hatimu akan mengetukmu lebih keras seiring dengan berjalannya waktu, atau mungkin sisi rasionalmu baru akan meronta ketika sadar batas waktunya telah dekat.  Ada mobil yang bergerak makin lama makin cepat, ada pula yang tiba-tiba melaju kencang seperti baru memakan booster dalam permainan komputer.  Tiap orang berbeda-beda.

Aku hanya ingin kamu tahu, kamu tidak sendiri.  Aku juga merasakannya.  Beban ini nyata, walau mungkin beberapa dari kita memilih untuk menyembunyikannya.  Pesanku hanya satu, jangan terlalu terbebani.  Sayangilah dirimu sendiri, dan aku memohon dengan sangat, tolong!  Tolong jangan bandingkan dirimu dengan orang lain.  Bak kuda delman yang dipasangi kacamata, jangan menoleh kea rah kuda lain.  Mungkin engkau justru akan kehilangan semangat berlari karena melihat sudah ada banyak kuda-kuda lain yang berlari di depanmu.

Kamu bisa melakukannya.  Dengarkan aku dan percayalah, kamu bisa.  Kamu bisa menuntaskan apa yang kamu awali.  Sampai nanti kamu tiba di garis akhir, ingatlah untuk terus menyayangi dirimu.  Istirahatlah jika perlu.  Engkau yang terbaik.  Aku percaya kamu bisa melakukannya.

 

Mental health should be everyone’s top priority.  Love yourself, love your mental health.  I know you can do it.

Komentar

Popular Posts