[Book Review] Pengantin Tak Terduga, Kisah Klasik Seorang Wanita di Tahun 1803

Saya menyukai hal-hal yang berbau jadul, namun era Victorian menurut saya adalah salah satu dari era jadul yang paling menarik perhatian.  Akhir-akhir ini saya memiliki banyak ketertarikan terhadap semua hal yang berbau Inggris, terutama terhadap keluarga kerajaannya.  Disebut sebagai sistem monarki tertua yang masih berlanjut hingga sekarang, kerajaan Inggris membuat saya takjub karena mereka memegang erat tradisi turun-temurun sampai ke era modern ini.  Saya juga terkesima melihat silsilah kerajaan Inggris dan sadar betapa otentiknya darah bangsawan yang mereka miliki.

Candaan mengenai Ratu Elizabet II yang sebenarnya adalah seorang vampir juga asik untuk diteliti.  Ah, intinya, saya terpana mengenai sejarah Inggris beserta orang-orang yang menguasainya.  Kebetulan, novel yang selesai saya baca ini mengambil latar di Inggris pada tahun 1803, sebuah era yang dikenal sebagai era Georgian karena saat itu, Inggris diperintah oleh King George III.







Judul               : Pengantin Tak Terduga (The Unpredictable Wife)
Pengarang       : Barbara Cartland
Alih bahasa     : Suwondo
Penerbit           : P.T. Karya Nusantara
Tahun              : 1978
Halaman          : 362


Buku ini saya temukan di lemari buku yang ada di rumah nenek.  Kata mama sih, ini dulu dipinjam di perpustakaan umum dan tidak dikembalikan sampai sekarang.  Mendengar ini saya haya bisa tertawa dalam ironi sih, karena sepertinya kebiasaan ini terbawa ke DNA saya.  Saya juga ada beberapa buku perputakaan yang belum dikembalikan selama bertahun-tahun hehehehe.

Tulang bukunya sudah bengkok, plastik sampulnya sudah berwarna kekuningan.  Ada stempel perpustakaan dan harga sewanya juga.  Bau kertasnya?  Bau apek khas gudang.  Biasanya saya suka dengan tipe-tipe kertas lama, namun bau yang ini tidak cukup menarik untuk saya.



Bagi saya yang lebih sering membaca karya-karya jadul, nama Barbara Cartland tidak asing karena beliau termasuk daftar top penulis dengan pembaca terbanyak di dunia, bahkan melebihi Sidney Sheldon.  Berasal dari Inggris, Cartland sudah menghasilkan banyak novel, bahkan menulis dengan berbagai alias juga.  Karena penasaran, beberapa waktu lalu saya mencari foto beliau di google dan rupanya benar-benar sama dengan ekspektasi saya.  Seorang wanita lansia anggun yang memakai baju khas sosialita Inggris tahun 80an dan rambut keabuan yang di-perm.  Penampilannya high class.

'Pengantin Tak Terduga' secara singat adalah cerita tipikal ugly duckling yang bertransformasi menjadi seekor angsa putih yang menawan.  Yang saya suka dalam cerita ini ialah unsur transformasi ini tidak dilatari oleh keberuntungan belaka seperti tiba-tiba dibantu seseorang, mendapat berkat tak terduga, dan lain-lain.  Transformasi ini berasal dari dalam sang tokoh utama dan dilatarbelakangi oleh ambisi.

Feminisme sangat kental dalam karya ini.  Lucinda, sang tokoh utama, adalah wanita yang pintar, cerdas, independen, dan sedikit tomboy.  Kekurangannya hanya satu, ia tidak diberkati dengan penampilan yang menarik, hence the trasformation.  Karena tidak hidup di Inggris era tahun 1800an, saya tidak tahu apakah normal bagi seorang wanita untuk bepergian mengendarai kuda seorang diri, namun di sini Lucinda tidak hanya melakukan hal tersebut, ia juga mahir berpacu; bahkan bisa mengalahkan kecepatan laki-laki yang biasanya melakukan lomba pacu kuda profesional.

Sekilas ditinjau, ide utama novel ini mirip roman picisan yang ditulis di Wattpad --pria mapan dijodohkan dengan seorang wanita biasa, lalu keduanya jatuh cinta.  Memang benar ada perjodohan, namun perkembangan hubungan karakter suami dan istri berjalan sangat lambat, dan hal ini justru memberikan tantangan untuk pembaca agar terus membalikkan halaman.  Suka kesel ga sih baca novel gratisan Wattpad yang selalu isinya sang suami yang bersikap dingin lalu menunjukkan sedikit afeksi dan sang istri hasil perjodohannya klepek-klepek dan mereka mulai saling membuka?  Tipe-tipe pria tsundere dan wanita polos?  Hahaha maaf curhat sedikit, saya suka heran alur cerita seperti ini masih marak digemari di platform menulis tersebut.

Sang suami dan istri menjalani kehidupannya masing-masing dan hanya berkomunikasi seperlunya saja.  Suami tsundereForget it!  Justru di cerita ini, karakternya sompral, akal, dan egois minta ampun.  Hal yang menyenangkan adalah munculnya plot twist dalam masing-masing kehidupan mereka yang membuat mereka mau tidak mau harus terus menggunakan topeng di hadapan masing-masing.  Tokoh Lucinda pantas diperhatikan gerak-geriknya karena ia selalu melakukan hal-hal di luar ekspektasi para tokoh lain dan para pembaca.

Walaupun harus saya akui kalau ceritanya mulai condong ke cerita-cerita roman picisan ketika hubungan keduanya sudah berkembang, konflik yang disediakan tidak monoton.  Ada konflik mengenai politik, kekuasaan, dan loyalitas.

Novel ini membekas di benak saya karena benar-benar menceritakan keadaan masyarakat pada era tersebut, sesuatu yang selalu saya sukai ketika membaca novel dengan latar belakang jadul.  Saya juga cinta dengan penjelasan dan penggunaan karakter Lucinda yang cerdas menguasai berbagai bahasa.  Tuh!  Being a bilingual is a great thing!

Satu hal lagi yang (ternyata) saya sukai, adalah tidak ada kematian dalam novel ini.  Karena kebanyakan baca novel thriller, saya biasanya sudah menyiapkan hati kalau-kalau ada yang mendadak mati.  Ternyata tidak ada, dan saya lumayan lega hahaha.  Memang ini enaknya sensasi membaca tulisan orang baru yang belum pernah dibaca sebelumnya!

Kekurangannya mungkin hanyalah terjemahan yang susunan katanya yang masih jadul, macam bahasa Indonesia yang digunakan tahun 80an.  Ada beberapa istilah dan kata juga yang sudah jarang dipakai sekarang, macam "handai taulan".

Final thought?  I give this novel 8 out of 10.

Komentar

Popular Posts