Metro TV Online Scholarship Competition 2016, A Prize Worth Fighting For!


I did it.  I am one of the 200 winners.

Saya memutuskan untuk mengunggah tulisan ini agar kelak di masa depan bisa mengenang kembali memori perjuangan serta rasa chills running down the spine yang saya rasakan dua tahun lalu.
Kali ini saya akan membahas tentang OSC 2016.  Peristiwanya memang sudah lama terjadi, tapi… yaaah apa salahnya upload sekarang?




Jadi… saya adalah satu dari sekian pemenang penerima beasiswa 100% yang diselenggarakan oleh Metro TV.  Nama programnya OSC (Online Scholarship Competition).


I will share my experience on going through the selection and all… but please bear with my random story regarding the whole journey of it.  Can’t help it because it’s my blog afterall.

Hal yang paling melegakan adalah informasi yang saya tulis di sini masih relevan dengan ketentuan OSC yang sedang berlangsung sekarang.  Peraturan dan ketentuan masih sama, hanya saja (dengar-dengar) tempat tes offline bukan lagi di Kuningan seperti tiga event  OSC sebelumnya.

Memenangkan program ini artinya mendapatkan beasiswa 100%.  Apa maksudnya?  Artinya kuliah tanpa harus membayar uang gedung dan uang SKS (tidak ada tambahan uang saku, uang buku, dan uang penelitian).

Program ini bekerja sama dengan berbagai universitas swasta ternama di Indonesia.  Angkatan OSC pertama (tahun 2015) diikuti oleh 5 universitas.  Angkatan kedua (2016) 10 universitas, angkatan ketiga (2017) 12 universitas, dan yang terbaru (2018) 16 universitas.

Sekarang, mari bahas sistemnya.
Program ini adalah program beasiswa pertama yang melakukan tahap penyaringan dengan sistem online, mulai dari pendaftaran sampai tahap seleksi.
Tahap-tahap OSC terbagi menjadi empat, yaitu:

1.      Pendaftaran
2.      Seleksi tahap 1 (online)
3.      Seleksi berkas
4.      Seleksi tahap 2 (offline)
5.      Pengumuman

Jelas, pendaftaran ini tahap yang krusial, karena di sini kalian memutuskan ingin memilih masuk ke universitas yang mana, beserta jurusannya.  Kalian harus memilih satu dari daftar universitas yang sudah disediakan, dan berikutnya akan diberikan dua opsi jurusan.  Jurusan yang paling kalian inginkan harus berada di pilihan pertama.

Saya tegaskan lagi, tahap ini sangat penting.  Kenapa?  Karena setelah kalian submit data maka akan diberikan jangka waktu untuk mengubah pilihan, kalau sudah lewat batas waktu maka tidak bisa mengubah universitas dan pilihan jurusan.  Jadi, ada baiknya kalian berpikir matang-matang dan melakukan research terhadap pilihan universitas yang ada supaya pilihannya pas.

Mengingat-ingat lagi masa waktu memilih dari daftar PTS…. Saya ingat jelas, waktu itu sedang berada di perpustakaan sekolah.  Saya sibuk buka handphone dan mengunjungi setiap website universitas untuk mencari keterangan jurusan dan akreditasi.

Fyi, dulu saya nyaris memilih salah satu PTS yang ada di Jakarta…. Tapi setelah dipikir-pikir lagi saya akhirnya memantapkan diri di universitas yang sekarang.

Kedua, seleksi online.  Ketika sudah mendaftar, kalian akan diberikan informasi waktu (hari dan jam/sesi) untuk tes.  Biasanya waktu sesi dibagi sesuai universitas.  Ada sesi pagi dan sore.  Itu berarti, kalian harus masuk ke situs OSC untuk melakukan tes tahap pertama.

Tips: Saya sarankan kalian untuk membeli kuota yang agak banyak (kalau kalian memakai modem).  Kalau bisa, log in satu jam sebelum waktu tes dimulai.  Kenapa?  Karena pada tahun saya, situs OSC sempat crash karena banyak yang log in bersamaan.  Akibatnya banyak yang gagal masuk dan harus me-reset ulang password akunnya.  Usahakan log in lebih awal agar terhindar dari crash.
Waktu itu kuota modem saya minim tapi keukeuh buat log in.  Panik banget waktu tahu kalau situsnya crash.  Mana loading lemot pula.  Akhirnya setengah jam sebelum mulai tes saya lari-lari ke tukang pulsa buat isi pulsa modem lol.

Tes ini seperti apa?  Akan ada soal-soal pilihan ganda yang harus dijawab.  Ada mata pelajaran wajib seperti Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, Matematika Wajib.  Sisanya adalah mata pelajaran IPA/IPS, bisa Kimia/Fisika atau Geografi/Sosiologi/Ekonomi, tergantung pilihan universitas.
Soalnya masih heavily related sama pelajaran kelas 12, jadi untuk persiapan tes ini kalian bisa belajar dari buku modul kelas 12 atau buku SBMPTN.

Untuk perhatian: Ada timer yang berjalan selama mengerjakan soal.  Tidak usah terburu-buru, karena waktunya dua jam.  Kerjakan soal yang ada, jangan skip ke soal lain (kecuali kalau sudah stuck dan lebih pilih jawab random).  Kenapa?  Kalau terburu-buru dan memilih untuk skip ke mata pelajaran selanjutnya…. Congratulations.  Kalian harus mengerjakan paket soal berikutnya dan tidak bisa kembali ke halaman sebelumnya.

Dulu saya dapat Matematika, terus karena susah saya cuma kerjakan empat soal, sisanya saya kosongin.  Pikir saya ‘nanti aja ah habis nyelesaiin semua matkul saya kerjain lagi.’.  Akhirnya saya klik tombol next.  Setelah itu saya sadar kalau tidak bisa kembali ke halaman matematika tadi.  Sayang banget kan?  Jadi kerjakan apa yang ada dulu.

Kenapa saya tidak tahu peraturan ini?  Karena saya tidak cek tweet akun OSC.  Jadi, jangan lupa, rajin-rajin cek social media OSC (IG, Twitter) supaya selalu up to date!

Setelah selesai mengerjakan semua soal… submit sampai ada pemberitahuan di layar bahwa seluruh pekerjaan kalian sudah beres.  Setelahnya, kalian bisa logout dan tinggal menunggu dua minggu lagi untuk pengumuman lolos.

Setelah dua minggu, masuk lagi ke situs OSC, klik logo universitas yang kalian pilih… dan cari nama kalian di tabel.  Jika ada, selamat!  Kalian sudah mengalahkan beribu-ribu orang untuk maju ke babak berikutnya.  Yang harus dilakukan setelah ini ialah seleksi berkas.
Kalian akan menerima pemberitahuan berkas-berkas apa saja yang harus dikirimkan.  Ada scan raport dari semester satu sampai lima, surat keterangan sehat, surat keterangan dari sekolah, SKCK, akta lahir, dan KK.

Untuk ini, saya kurang tahu ya apa kriteria lulusnya.  Intinya, pastikan dokumen kalian lengkap dan valid kebenarannya (contoh: nama ditulis dengan lengkap dan benar, data antardokumen cocok dan saling melengkapi).

Masa-masa ini mungkin adalah masa yang paling berat daripada tes online.  Untuk mengumpulkan berbagai macam berkas, saya harus bolak-balik ke Malang untuk mengurus dokumen (seluruh berkas saya masih beralamat di Malang, yah bisa dibilang saya imigran gelap karena tidak mengurus surat kepindahan hehe).

Seminggu izin keluar masuk sekolah.  Waktu itu masih semester pertama kelas 12, dan saya ngerasa sibuk sendiri ketika temen-temen kelihatannya masih pada nyantai.  Sempet ngerasa kesepian karena waktu saya ajak untuk ikut beasiswa ini, teman-teman saya pasif.  Kalaupun ikut, ada yang tidak lulus tes online.

Saya ketinggalan banyak pelajaran dan harus mengejar banyak tugas setelah urusan submit dokumen selesai.  Capek hati, capek pikiran, capek fisik juga karena sekarang kalau mau ke Malang nggak bisa dua jam perjalan darat lancar kaya dulu.  Capek di jalan, belum lagi harus nunggu berjam-jam di lembaga pemerintahan buat urus dokumen :’)

Tapi akhirnya semua beres sebelum tenggat waktu.  Setelah selesai scan dan upload semua berkas, rasanya lega.  Tinggal menunggu pengumuman.

Seminggu setelah batas terakhir pengiriman dokumen, hasilnya keluar.  Lagi-lagi, proses ketika buka situs untuk melihat daftar nama benar-benar saat yang… nggak bisa dilupain.  Deg-degannya itu loh!
Waktu itu saya udah bener-bener tegang waktu lihat tabel daftar nama.  Bener-bener masih inget, waktu itu di kelas lagi jam kosong kalau nggak salah.  Saya buka handphone terus buka situs OSC.  Saya zoom terus scroll cari nama saya.  Pelan-pelan saya baca… dan pas udah mau habis, saya sudah down.  Bukan jatahku, pikir saya.  Eh, gataunya tiba-tiba muncul nama saya!  Urutan kesepuluh dari paling bawah.  Puji Tuhan.  I literally screamed at that time, causing my friends to turn their heads on me lol.

Tanggal 5 Desember adalah tanggal pelaksanaan tes offline.  Siangnya tes, malamnya langsung pengumuman pemenang.  Akhirnya, tanggal tiga saya ditemani ayah saya berangkat ke Jakarta.  Beruntung ada saudara di sana, jadi nggak perlu repot urusan akomodasi.
(Biaya transportasi dan akomodasi untuk mengikuti tes offline ditanggung sendiri oleh peserta.)

Saya masih ingat, hari itu hari Senin.
Pagi-pagi pukul lima saya sudah bangun, mandi dengan air hangat.  Saya dan papa sekalian ikut naik mobil yang mengantar dua sepupu saya untuk ke sekolah.  Sampai di venue tes (Kuningan, Jakarta), ada banyak orang.  Anak SMA jelas, tapi banyak juga yang diantar keluarga alias ayah-ibu-adek-kakak-nenek-kakek.  Ya, jadi selain ramai peserta, ramai yang mengantar juga.
Semua peserta disuruh registrasi ulang sesuai pilihan universitas, setelah itu masing-masing diberi kaos yang wajib dipakai.  Waktu itu desak-desakkan, toilet perempuan juga penuh minta ampun.
By the way, I talked to this sweet boy that came all the way from Papua called Ino.  Seinget saya dia jadi pemenang juga dan keterima di UPH Jakarta.  If Ino reads this, hey there!  How are you?

Saya ketemu juga sama Farah, temen satu SMP, tetangga saya karena dia di kelas 91 sedangkan saya di 92.  Akhirnya selama sebelum masuk ke dalam venue, kami berduaan terus.  (Sayang ya kita nggak ada foto bareng huhu :( )

Setelah ganti baju, baru peserta diperbolehkan masuk ke dalam ruangan besar tempat dilaksanakan tes.  Aulanya besar, indeed.  Dipilah lagi sesuai pilihan universitas.  Jadi di dalam aula ada beberapa sekat yang dijadikan dinding.  Di dalam sekat ada kursi kuliah yang disusun dua baris memanjang ke belakang.  Setelah diarahkan sama panitia, saya duduk di tempat kosong.  Dapetnya di deretan agak belakang.



Setelah semua duduk, ada panita yang membagikan tas souvenir ke setiap peserta.  Sebetulnya waktu itu pengen banget ngobrol sama temen-temen di sebelah dan depan belakang, tapi suasananya nggak memungkinkan karena anak-anak di sekitar saya kalau nggak main hape pakai headset ya baca buku tebel.

And I was like damn…. Berasa minder parah karena yang ada di sekitar saya they all looked so smart.
Waktu ke toilet lagi juga sama, saya sempet jalan-jalan nengokin peserta-peserta dari kampus lain.  Dan ya, mereka pada baca buku tebal semua. Malah ada yang ngerjain soal SBMPTN.  Berasa goblok seketika karena saat itu saya gak bawa buku pelajaran apapun (cuma bawa buku jurnal sama buku kosong dong hmm) dan nggak bawa headset karena ketinggalan di rumah.  Jadi akhirnya cuma bisa plonga-plongo aja.  Mau ngajak ngobrol sesama peserta tapi pada sibuk baca buku dan main handphone.  Hmmmm…..

Ada perwakilan dari universitas pilihan saya yang berdiri di tengah-tengah deretan kursi dan bilang kalau duduknya harus diatur sesuai pilhan jurusan.  Her name is Bu Olga!  (I just met her a few days ago in campus) Ibu ini ramaaaah banget, beliau itu wakil rektor kampus.  Waktu diurutkan duduknya sesuai pilihan jurusan, kaget dong waktu Ibunya bilang kalau Sastra China duduk di depan.  Dengan was-was akhirnya pindahlah saya ke depan.  Bener-bener depan panggung pas.



Karena sudah ada pengumuman siapa saja yang lolos seleksi berkas, jadi langsung tahu waktu ada satu anak cowo yang duduk sendirian.  Ya, ternyata yang lolos selesksi berkas dan sama-sama memilih jurusan Sastra China hanya ada dua orang.  Saya dan satu orang lagi bernama Bobby.  Jadi waktu saya lihat ada anak laki-laki yang duduk sendirian di bangku kedua dari depan, langsung saya sapa: “Bobby ya?”

Saya akhirnya duduk  paling depan, dekat dengan panggung.  Pada akhirnya kenalan sama tiga orang di belakang dan samping saya.  Ada Luther, Cindy, Bobby.
Apa kabar kalian bertiga?  Kangen!

Kita ngobrol lumayan lama.  Ada pembukaan oleh MC yang berkata kalau sebentar lagi tes offline akan segera dimulai.  Teknik tes berbeda, tergantung universitas.  Ada yang membagikan soal yang harus dikerjakan.  Untuk universitas yang aku pilih, ternyata nggak harus melakukan tes tertulis.
Tesnya cuma wawancara.  Saya otomatis langsung menghembuskan nafas lega.  Untung cuma wawancara.  Karena saya bener-bener gak siap seandainya harus ngerjain soal-soal.  Meja dan kursi diatur lagi sedemikian rupa untuk wawancara.  Waktu itu seinget saya yang paling banyak antriannya yang fakultas teknik.

Karena cuma berdua, proses wawancara prodi pilihan saya termasuk sangat cepat.  Bobby diwawancara pertama.  Selama menunggu giliran saya ngapain?  Gelisah nggak jelas sambil curi-curi pandang ke peserta-peserta lain.

Puji Tuhan, wawancaranya lancar.  Yang mewawancarai saya ternyata kaprodi jurusan.  Pertama memang tegang, tapi lama kelamaan jadi santai karena beliau asik buat diajak ngobrol.
Setelah itu para finalis disuruh untuk duduk melingkar sesuai fakultas.  Itu lingkaran diskusi, kesempatan buat mengutarakan pendapat sekalian show off.  Di tiap lingkaran, para pewawancara tadi menjadi moderator.  Waktu itu saya dan Bobby cuma jadi observator karena kita cuma berdua….

Setelah diskusi selesai, ada break sebelum awarding night.  Semua peserta dapet makan siang.  Waktu itu aku keluar agak terakhir, dan tempat duduk di luar sudah penuh.  Beruntung ternyata Luther-Bobby sudah nyisain tempat duduk buat saya <3 Ketemu juga sama mamanya Bobby dan akhirnya makan bertiga sembari ngobrol.

Selesai makan sudah bebas sebetulnya, intinya sih dateng aja nanti waktu awarding night mulai pukul 7.  Saya telepon Papi untuk ketemuan (iya jadi habis nganterin ke Kuningan Papi langsung pergi buat meet up sama temen).  Sembari menunggu itulah, saya dan Luther jalan-jalan keliling mall nggak jelas lol.  It was fun.

Waktu Papi kasih kabar, saya akhirnya nyusul Papi ke café di lantai bawah mall.  Ternyata beliau masih ada janji ketemuan sama temen (lagi).  Setelah ketemu dan ngobrol sama temen Papi, kami diantar pulang.

Waktu pulang itu kalau nggak salah sudah pukul 5 sore, dan karena takut macet, saya buru-buru mandi terus berangkat lagi ke venue pakai taksi.

Bener, Jakarta kalau sudah jam pulang kerja selalu macet.  Sampai di venue itu mepet banget, acara sudah mulai.  Di dalam venue yang siang tadi dibuat tempat tes, susunan kursinya sudah dirombak total.  Banyak tempat yang penuh (karena yang masuk bukan cuma finalis, tapi yang nganter juga bisa ikutan lihat acara).

Karena datang terlambat, saya bingung cari tempat.  Tapi untungnya Luther-Bobby duduk sebelahan dan ngelihat saya yang lagi nyari kursi.  Mereka langsung berdiri lambai-lambai, ngasih tahu kalau ada tempat kosong, cuma saya harus duduk di depan mereka.
I turned to my father, “what about you, dad?” and he said “I’m fine, you go and sit.”
Kinda worried, tapi di pertengahan acara waktu saya menoleh ke belakang, ternyata para orang tua yang nggak kebagian kursi sudah disediakan kursi lipat oleh panitia.



Awarding night dibuka dengan video pengenalan profil Metro TV.  Setelah itu ada video motivasional gitu deh.  Dan… yang ditunggu-tunggu akhirnya keluar.  Merry Riana.
Gils she looked so different off-screen.  She literally radiates… bening banget, kalo senyum cantik.  Mau ngefoto panggung sama beliau tapi sayang saya duduk di deretan yang agak belakang, jadi selain jauh juga sudah kalah cepat dari tangan-tangan yang mengacungkan smartphone tinggi-tinggi untuk memotret sosok motivator tersebut.

Setelah talkshow Merry Riana, langsung lanjut ke pengumuman pemenang dari tiap universitas.  Sistemnya, di layar akan ditampilkan foto beserta nama, dan yang bersangkutan diharapkan segera maju ke atas panggung untuk menerima sertifikat lomba sekaligus foto bersama.  Probably the most exciting moment karena waktu itu inget banget background music-nya drum rolls gitu lol.  Kerasa banget satu ruangan deg-degan nungguin hasil.

Sayangnya, gara-gara pengumuman itu banyak audience yang langsung cabut begitu pengumuman universitas yang mereka incar selesai.  Bener-bener, mereka langsung pulang.  Ada yang nangis, ada yang diem aja, ada yang ketika sadar dia bukan pemenang langsung berdiri dan keluar ruangan.
Waktu itu pengumuman universitas yang saya tuju di tengah-tengah, jadi waktu venue sudah setengah kosong baru giliran pengumuman universitas saya.  Sebetulnya sudah pesimis, dalam hati bahkan sudah menghibur diri sendiri ‘menang atau nggak menang nggak apa-apa, yang penting pengalamannya’.

Inget banget waktu itu lagi nundukin kepala terus tiba-tiba dari belakang kedengeran suara orang teriak keras ‘Whooo!’ Ternyata Bobby-Luther yang teriak.  Saya lihat ke depan dan langsung terkesiap waktu lihat foto sama nama saya terpampang di layar.  The boys nyorakin dan nyuruh saya berdiri.  Saya langsung berdiri, jalan ke panggung masih dalam kondisi speechless.
Setelah nama seluruh pemenang lain selesai diumumkan, wakil rektor universitas memberikan sertifikat satu per satu dan menyerahkan laptop untuk finalis yang meraih nilai tertinggi di ujian online.  Setelah itu kami berfoto bersama.



Turun dari panggung ada arahan dari perwakilan universitas.  Di sini waktu saya kenalan sama Tiara.  Waktu itu suara speaker keras banget, dan banyak yang mengerumuni sang pemberi arahan.  Saya ada di belakang dan nggak dengar apa-apa L Untungnya masing-masing diberi kertas yang isinya langkah-langkah daftar ulang.  Sejak itu juga aku sering kontak sama Tiara tanya-tanya perihal urusan masuk universitas dan ambil beasiswa.

Cindy juga keterima, by the way!  Sebetulnya mau ngajak foto bareng tapi gatau deh banyak yang mencar dan langsung pulang L

Saya kembali ke tempat duduk asli, only to figure out Bobby sudah pulang, dan Luther on the way pulang.  I actually cried for both of them because they don’t receive the scholarship and I feel bad for getting it… also because they meant a lot for me for the whole day because they’re so sweet and caring L Plus realizing the fact that it might be hard for us to see each other again L
Gave him a quick hug before we part and then he left L

Habis itu langsung ke Papi, dan Papi langsung ngasih wejangan begitu saya berada di pelukan beliau lol.  Kami berdua memutuskan untuk duduk di venue, pertama buat foto-foto, kedua karena kasihan sama band penutup yang harusnya tampil buat audience tapi venue keburu kosong duluan.




Waktu foto-foto kenalan juga sama finalis yang belum pulang, namanya Ilham.  Nggak tahunya dia satu universitas dan sama-sama asal Jawa Timur.  Kedua orang tua kita juga ngobrol, dan kita tukeran nomor hape sekalian selfie.

That’s basically all of it… I don’t remember what happened after that…. Bahkan pulang ke rumah sepupu naik apa aja saya lupa lol.  Oh, inget.  Waktu pulang masih sempet makan malam bareng keluarga sepupu, terus besok pagi pukul 3 sudah on the way airport buat balik Surabaya karena Papi harus langsung kerja.  Saya?  Nyampe rumah langsung tewas lol.

Intinya, worth to try!  At least kalian bisa tahu kemampuan kalian lewat tes online karena ini gratis tis tis, kalau Tuhan mengizinkan kelancaran ya kalian pasti bisa lulus tahap-tahap tes dan sampai ke final di tes offline.  Menang ga menang memang itu urusan belakangan, yang berharga itu pengalaman dan memorinya <3

Daftar sebelum ditutup!  Tahun ini pilihan makin beragam karena ada 16 PTS yang bekerja sama dengan OSC.

Yang bikin agak iri, tahun ini ada PTS yang dari Malang sama Surabaya.  Hm… kurang apa lagi tuh.  Andai bisa ikut, pengen sih ikut lagi biar bisa pilih universitas di Malang/Surabaya ehehehe.

Go visit osc.medcom.id for registration!


Komentar

Popular Posts